Gaya Hidup Minimalis di Jepang

Gaya Hidup Minimalis di Jepang

Gaya hidup minimalis dari negeri sakura ini menciptakan keunikan sendiri. Jika topik pembahasan mengenai desain, Jepang menjunjung tinggi prisndip sesai menggunakan bahan alami, garis yang rapi dan simetris. Budaya Jepang dikenal menyukai keindahan natural dan tanpa hiasan. Begitulah kurang lebih konsep hidup minimalis, murni, bersih, rapi, dan seimbang. Istilah "minimalis" diciptakan pada 1950-an oleh seniman Barat sebagai tanggapan atas kapitalisasi dunia seni yang berlebihan. Mereka akhirnya menciptakan karya "minimal" seperti titik-titik hitam di atas kanvas putih. Gerakan ini sangat terinspirasi oleh Jepang. Sebelum ledakan ekonomi, orang Jepang hidup relatif sederhana. Bencana alam yang sering menimpa Jepang, seperti gempa bumi dan tsunami, membuat masyarakat jepang tidak bisa memiliki banyak barang, selain itu, undang-undang pada zaman Edo melarang warganya memamerkan kekayaannya melalui harta benda.

Inti dari kehidupan minimalis adalah hidup sesederhana, serapi, dan senyaman mungkin. Kunci efisien hidup minimalis adalah buang sesuatu yang memperlambat atau tidak 'memicu kegembiraan', termasuk kebiasaan, makanan, dan barang-barang. Budaya Jepang menyukai ruang dan penggunaannya yang optimal, itulah sebabnya orang Jepang menyempurnakan pendekatan mereka terhadap danshari, istilah deskriptif Jepang yang berarti menolak, membuang, dan memisahkan. Hal ini tercermin dari citra rumah Jepang yang sangat rapi dan bersih dengan ruang penyimpanan yang tertata. Elemen-elemen rumah dipilih dengan cermat, kompak tetapi menarik, sehingga tidak perlu "dekorasi" tambahan. Manfaat jangka panjang dari hidup minimalis jauh lebih besar dari pada perasaan bersalah sesaat akibat membeli atau menyimpan terlalu banyak barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.


https://cliolink.com/bandarangka

Comments